BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidik merupakan
faktor penentu dalam menentukan keberhasilan peserta didik menangkap, mencerna,
serta memahami suatu materi. Pendidik yang berkualitas akan menjadikan peserta
didiknya mengalami peningkatan kemampuan berfikir dan peningkatan kognitifnya.
Saat memberikan pelajaran kepada peserta didik, pendidik perlu menentukan suatu
metode yang sesuai bagi peserta didiknya. Suatu metode pembelajaran dapat
dipilih berdasarkan materi yang akan disampaikan, situasi dan kondisi peserta
didik, serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tersebut. perlu
diketahui, dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada, tidak ada satupun
yang benar-benar cocok dengan materi tersebut, namun pendidik dapat memilih
salah satu metode atau berbagai metode pembelajaran yang kiranya akan sesuai
dengan peserta didik, menurut materi yang akan disampaikan pula. Beragam metode
dapat digunakan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran sains kimia yang
akan dibahas di bab selanjutnya. Metode pembelajaran yang akan dibahas ini
mengacu pada materi kelas dua di Sebuah SMA, situasi dan kondisi peserta didik,
serta sarana dan prasarana di Sebuah SMA.
B.
Rumusan
Masalah
1. Metode
apakah yang sesuai dengan pelajaran Sains khususnya kimia di Sebuah SMA?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui metode apakah yang sesuai dengan pelajaran Sains khususnya Kimia di Sebuah
SMA.
BAB
II
PEMBAHASAN
Pada
observasi di Sebuah SMA, pendidik yang diwawancarai adalah guru kimia, yang
mengajar di kelas sebelas. Oleh karena itu, pada pembahasan ini akan dibahas
tentang metode yang sesuai dengan pelajaran kimia materi di kelas sebelas.
Metode
pembelajaran pada observasi ini kurang dibahas secara terperinci pada tiap-tiap
bab materinya. Namun pada umumnya metode pembelajaran yang diberikan peserta
didik adalah metode ceramah. Pendidik tidak memilih metode lain karena menurut
pendidik tersebut, metode lain tidak sesuai dengan situasi dan kondisi peserta
didik, walaupun sarana dan prasarana di sekolah tersebut sudah memenuhi.
Metode
ceramah adalah metode yang paling umum digunakan oleh pendidik dari dulu,
hingga sekarang. Walaupun sudah banyak metode-metode baru yang diterapkan
pendidik, metode ini tetap dianggap paling sesuai dengan pembelajaran terutama
pada materi yang perlu menanamkan konsep.
Metode
ceramah menurut beberapa ahli memiliki berbagai karakteristik yang akhirnya
mengakibatkan adanya beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Erman Suherman,
metode ceramah merupakan metode mengajar yang paling banyak digunakan, hal ini
mungkin dianggap oleh guru sebagai metode mengajar yang paling mudah
dilaksanakan. Kalau bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan urutan
penyampaiannya, guru tinggal menyajikannya di depan kelas. Siswa-siswa
memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan membuat catatan.
Sedangkan menurut Nana Sudjana ceramah adalah
penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila
penggunaannya dipersiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta
memperhatikan batas-batas penggunaannya.
Kekurangan dan kelebihan metode ceramah
yang dikemukakan oleh Erman Suherman :
A. Kelebihan
Metode Ceramah
1. Dapat
menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
mendengarkan, dan karenanya biaya yang diperlukan menjadi relatif lebih murah.
2. Konsep yang
disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
3. Guru dapat
memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga waktu dan energi dapat
digunakan sebaik mungkin.
4. Kekurangan
atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat
terlaksananya pelajaran dengan ceramah.
B. Kekurangan
Metode Ceramah
1. Pelajaran
berjalan membosankan dan siswa-siswa menjadi pasif, karena tidak berkesempatan
untuk menemukan sendiri oleh konsep yang diajarkan. Siswa hanya aktif membuat
catatan saja.
2. Kepadatan
konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan
yang diajarkan.
3. Pengetahuan
yang diperoleh melaui ceramah lebih cepat terlupakan.
4. Ceramah
menyebabkan belajar siswa menjadi “Belajar Menghafal” yang tidak mengakibatkan
timbulnya pengertian.
Dari
pengertian, kelebihan dan kekurangan metode ceramah diatas, metode ini memang
akan cocok digunakan pada sebagian materi kimia yang isinya tentang
konsep-konsep penting yang memang menurut peserta didik cenderung bersifat abstrak
atau sulit dianalogikan dengan kehidupan nyata. Konsep-konsep yang dianggap abstrak
ini akan sulit diterima peserta didik apabila metode yang digunakan adalah
dengan memancing kemampuan kognitif peserta didik untuk memahami sendiri
konsep. Juga dengan berbagai pertimbangan dari segi banyaknya peserta didik
dalam satu kelas di Sebuah SMA. Akan kurang efisien dengan banyaknya peserta
didik, materi yang banyak dan waktu yang tebatas.
Namun,
kekurangan-kekurangan pada metode ceramah ini juga perlu diperhatikan dan
dicari solusinya. Untuk itu, metode yang lebih sesuai adalah, dengan tidak
hanya menggunakan satu metode saja dalam semua materi pelajaran kimia kelas
duabelas. Tapi dengan mengkombinasikannya dengan metode lain, yang mengajak
peserta didik menjadi lebih aktif.
Pada
materi dimana konsep sangat ditekankan dan berisi hitungan kimia, dapat
menggunakan metode ceramah. Setelah itu, pendidik semaksimal mungkin berusaha
membuat peserta didik berlatih hitungan dengan bantuan pendidik apabila
kesulitan peserta didik kesulitan menjawab soal latihan atau disebut learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan).
Dengan demikian, peserta didik dapat aktif dan berusaha membangun sendiri
konsep-konsep yang lebih mendalam. Konsep awalnyalah yang bersifat pasif, tapi
saat mencoba mengerjakan soal, maka peserta didik akan lebih mendalami dan
memahami materi yang sedang dipelajari.
Learning community merupakan bagian dari model pembelajaran
kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka,
negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life
modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan,
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana
menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual
adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan
mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Pada materi kimia yang membahas tentang banyak konsep saja dan
tidak berisi hitungan, ada dua sifat yaitu materi kimia yang bersifat konkret
dan abstrak. Materi kimia yang bersifat konkret contohnya adalah koloid pada
bab terakhir kimia kelas sebelas yang sangat berhubungan erat dengan kehidupan
sehari-hari. Sedangkan materi kimia yang bersifat contohnya struktur atom,
sistem periodik dan ikatan kimia yang menjadi bab I kimia kelas sebelas.
Pada materi kimia yang bersifat konkret atau biasa ditemukan di kehidupan
sehari-hari, metode yang sesuai yaitu dengan penggunaan metode praktikum,
karena mengingat mudahnya menemukan bahan-bahan materi dari kehidupan
sehari-hari, dengan praktikum, materi yang banyak berisi hafalan, akan mudah
diingat dan dipahami peserta didik.
Metode praktikum adalah metode yang akan mengembangkan
keterampilan psikomotik, kognitif dan afektif. Peserta didik akan mencoba
mengamati percobaan yang dilakukan, mengasah keterampilan dalam menggunakan
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, menafsirkan dan meramalkan hasil
data percobaan, menerapkan konsep yang telah dipelajari sebelum praktikum,
merencanakan apa yang akan dilakukan dalam percobaan, mengkomunikasikan hasil
praktikum dengan pendidik, apakah telah sesuai atau belum sesuai dengan konsep
dan menganalisis kenapa terjadi kesalahan (apabila terjadi), dan mengajukan
pertanyaan-petanyaan tentang percobaan. Sebelum praktikum, hendaknya diadakan
dulu pre-test, selain untuk mengetahui kesiapan peserta didik, memancing
peserta didik belajar sebelum praktikum, juga memberi gambaran kepada pendidik,
tentang apa saja yang belum diketahui peserta didik sehingga cukup memberi tahu
materi yang belum diketahui peserta didik. Kemudian setelah praktikum hendaknya
peserta didik meberikan hasil praktikum, apa saja yang didapatkan dalam
praktikum, dan menganalisa kesesuaian dengan teori, namun karena tahapnya masih
sekolah menengah atas, bantuan pendidik dalam memancing peserta didik diperlukan
agar peserta didik mampu menganalisa percobaan dengan teori.
Pada kenyataannya, praktikum yang efisien, pemberian pre-test, dan
pembuatan hasil praktikum sulit untuk dilaksanakan sepenuhnya.
Kendala-kendalanya berupa peserta didik yang kurang memahami materi sebelum
praktikum, sehingga hasil pre-testnya kurang baik, praktikum yang kurang
efisien karena keterbatasan alat dan bahan, serta kesulitan peserta didik
menganalisa hasil praktikum. Di Sebuah SMA, kondisi perbaikan laboraturium
menyebabkan sulitnya mengatur jadwal praktikum dimana ada banyak kelas disana
dan laboraturium kimia, fisika dan biologi yang dijadikan satu sehingga harus
mengatur jadwal dengan seksama.
Refleksinya, keaktifan pendidik dalam mempersiapkan metode
praktikum benar-benar matang. Dari pihak sekolah hendaknya segera memperbaiki
sarana dan prasarana laboraturium sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar
mengajar melalui metode ini. praktikum ini akan membuat peserta didik lebih
memahami dan mudah mengingat materi yang banyak apabila kegiatan praktikum
dapat terlaksana dengan baik.
Pada materi kimia yang bersifat abstrak, yang akan sulit dipahami
logika dengan metode praktikum, karena materinya bersifat micro atau tidak
dapat diamati secara kasat mata, metode yang sesuai yaitu dengan metode jigsaw.
Dengan metode bukan ceramah akan membuat peserta didik tidak mengalami
kebosanan dan pasif. Metode jigsaw membuat peserta didik aktif berusaha
memahami materi yang diberikan. Metode jigsaw yaitu metode dimana pertama-tama
peserta didik diberikan pengarahan tentang metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran tersebut.
Tahapan pertama metode ini yaitu dengan memberitahukan tentang
materi apa saja yang akan digunakan dalam pembelajaran ini, materi ini telah
dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Membuat kelompok secara heterogen, contohnya
dalam satu kelas ada 40 peserta didik. 40 peserta didik ini dibagi menjadi dua,
jadi ada 20 peseta didik dalam tiap bagian. 20 peserta didik ini kemudian
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok ada 5 orang. Ini
sesuai dengan peserta didik di Sebuah SMA yang heterogen. Dalam satu kelompok
ini terdapat peserta didik yang pintar, sedang dan kurang pintar, atau
heterogen. Kelompok ini disebut dengan kelompok asal. Kemudian pendidik
memberikan bahan ajar tersebut yang telah dibagi menjadi 5 bagian yang berbeda
tiap bagiannya. Bagian tersebut dibagikan kepada satu per satu anggota
kelompok. bagian pertama akan berkumpul dengan anggota kelompok lain yang
mendapat bagian pertama, dan seterusnya. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli.
Dengan bagian yang sama, peserta didik ini berdiskusi untuk mengerti secara
keseluruhan dan mendalam pada bagian mereka, apabila ada yang kurang dimengerti
ditanyakan kepada pendidiknya. Kemudian setelah bagian tersebut dikupas tuntas
dalam kelompok ahli, kembali ke kelompok asal dan melaksanakan tutorial kepada
anggota kelompok asal yang lain. Seletah semua bagian telah disampaikan dan
peserta didik memahami bagian materi yang lain, memberikan kesimpulan, pendidik
memberi evaluasi apabila ada kesalahan konsep atau mengkonfirmasi materi yang
disampaikan. Tahap terakhir adalah refleksi, pendidik memberikan semacam poin
kepada peserta didik atas kinerja keaktifan dan faktor-fakktor lain.
Metode jigsaw memacu siswa untuk aktif, inovatif, memotivasi
peserta didik untuk berusaha memahami materi, belajar berbicara, mentransfer
materi yang dimengerti kepada orang lain, memahami dan kritis terhadap materi
yang diberikan teman, tidak membosankan, menuntut kerjasama dan penyelesaian
masalah dalam kelompok sesama bahan materi.
Peserta didik yang terbiasa dengan metode ceramah, akan semangat
dan termotivasi belajar dengan metode yang berganti ini. Kelemahan metode ini
adalah waktu yang digunakan lama untuk proses diskusi, penyampaian materi para
ahli, pembatan kesimpulan, evaluasi dan refleksi. Rentetan tahapan ini
membutuhkan waktu lebih, namun materi akan lebih teringat oleh peserta didik
karena yang menyampaikan adalah temannya sendiri. Teman sendiri akan
menimbulkan kesan tersendiri bagi peserta didik.
Untuk menyiasati waktu yang kurang efisien ini, indikator yang
dipelajari dalam pembelajaran ini ditambah. Contohnya, dua bab digabung menjadi
satu, pada bab 5 larutan asam basa dan bab 6 stoikiometri larutan dan titrasi
asam-basa digabung menjadi satu paket metode pembelajaran jigsaw ini.
Model penilaian yang menonjol pada metode pembelajaran ceramah
dipadukan model Learning Community dalam CTL adalah penilaian kognitif. Pada
metode praktikum yaitu penilaian psikomotorik, dan pada metode jigsaw yaitu
penilaian afektifnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Simpulan dari
metode pembelajaran yang sesuai dengan berbagai faktor yang ada adalah :
1. Metode
pembelajaran ceramah dan model Learning community dalam CTL sesuai dengan
pelajaran yang berisi konsep-konsep dan hitungan kimia.
2. Metode
pembelajaran Praktikum sesuai dengan pelajaran kimia yang berisi konsep tanpa
hitungan dan materinya bersifat konkret.
3. Metode
pembelajaran Jigsaw sesuai dengan pelajaran kimia yang berisis konsep tanpa
hitungan dan materinya bersifat abstrak.
4. Tidak
ada metode pembelajaran yang benar-benar cocok dengan suatu bab materi.
5. Model
penilaian yang menonjol pada metode pembelajaran ceramah dipadukan model
Learning Community dalam CTL adalah penilaian kognitif. Pada metode praktikum
yaitu penilaian psikomotorik, dan pada metode jigsaw yaitu penilaian
afektifnya.
B.
SARAN
Semua metode
pembelajaran akan sulit berhasil bekerja dengan maksimal apabila pendidik
sendiri kurang mempersiapkan metode dengan baik. Kesungguhan dari pendidik akan
tanggungjawab mengajar peserta didik adalah suatu awal agar metode ini dapat
berhasil. Semua metode ini juga dipengaruhi oleh sikap pendidik dalam
menerapkan metode ini, pendidik yang mampu memberi motivasi tinggi,
berkepribadian baik, dan dapat menjadi teladan akan dapat menarik minat peserta
didik untuk belajar dan mengikuti segala prosedur pembelajaran yang ada. Minat
peserta didik yang tinggi, kesenangan peserta didik terhadap materi, serta
kemauan untuk mempelajari ilmu kimia juga mempengaruhi proses pembelajaran.
Intinya, peran peserta didik dan pendidik sama besarnya dalam mewujudkan metode
pembelajaran yang baik dan sukses.