Selasa, 22 Mei 2012

Dampak Penggunaan Phenoxyethanol dan Asam Ethylenediaminetetraacetic terhadap Tubuh dalam Bidang Kosmetik


KARYA TULIS
Dampak Penggunaan Phenoxyethanol dan Asam Ethylenediaminetetraacetic terhadap Tubuh dalam Bidang Kosmetik

Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Oleh :
Diana Muslichatun
K3311020
Pend. Kimia A


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Masalah
Penggunaan produk kosmetik semakin luas dan bahkan menjadi kebutuhan bagi setiap manusia, terutama kaum wanita. Pemakaian produk kosmetik berperan penting dalam usaha untuk merawat, membersihkan, menambah daya tarik, dan mengubah penampilan seseorang. Dengan semakin pesatnya perkembangan produk kosmetik dan demi menjaga kualitas produknya, perlu adanya pengawasan dan penelitian mutu yang sesuai dengan peraturan dan persyaratan tertentu.
Masyarakat umum biasanya tidak begitu memperhatikan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kosmetik yang tertera pada produk kosmetik tersebut. Biasanya, mereka memilih produk kosmetik hanya karena iklannya yang menarik atau kepopuleran produk itu. Padahal, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kosmetik sangatlah penting untuk dipahami dan dimengerti demi menjaga kenyamanan kulit kita dalam menerima produk-produk tersebut. Banyak produk terkenal yang menggunakan bahan-bahan kimia yang sebenarnya membahayakan. Melalui karya tulis ini, penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui beberapa bahan berbahaya yang sering digunakan pada produk kosmetik dan pada akhirnya lebih berhati-hati dalam memilih produk kosmetik. Di antara bahan-bahan yang perlu dikaji dalam karya tulis ini adalah Phenoxyethanol dan Asam ethylenediaminetetraacetic. Penulis akan menguraikan dampak penggunaan Phenoxyethanol dan Asam ethylenediaminetetraacetic bagi tubuh dalam bidang kosmetik. Berikut ini akan penulis bahas juga tentang perbandingan penggunaan kedua bahan tersebut pada bidang lainnya.
B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah dampak penggunaan Phenoxyethanol pada tubuh dalam bidang kosmetik?
2.    Bagaimanakah dampak penggunaan Asam Ethylenediamine-tetraacetic pada tubuh dalam bidang kosmetik?

C.    Tujuan Penulisan
1.    Dapat mendiskripsikan dampak penggunaan Phenoxyethanol pada tubuh dalam bidang kosmetik.
2.    Dapat mendiskripsikan dampak penggunaan Asam Ethylene-diaminetetraacetic pada tubuh dalam bidang kosmetik.

D.    Manfaat Penulisan
1.    Memberikan wawasan pengetahuan tentang dampak penggunaan Phenoxyethanol pada tubuh dalam bidang kosmetik.
2.    Memberikan wawasan pengetahuan tentang dampak penggunaan Asam Ethylenediaminetetraacetic pada tubuh dalam bidang kosmetik.




BAB II
PEMBAHASAN
A.     Phenoxyethanol
http://chemicaloftheday.squarespace.com/storage/phenoxyethanol.png?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1298932484463
Phenoxyethanol adalah alkohol eter aromatik. Dari bahan ini mulai keluarlah yang disebut fenol, suatu bubuk kristal putih yang beracun yang diciptakan dari benzena (karsinogen) dan kemudian diperlakukan dengan etilen oksida dan alkali.
Pengawet Phenoxyethanol-eter glikol ini biasanya berasal dari sumber alami seperti tar batubara. FDA melaporkan bahwa produk ini dapat memperlambat sistem saraf pusat. Selain itu, bahan tersebut juga dapat mengiritasi kulit dan mata.
Phenoxyethanol dalam nama kimia dikenal sebagai fenil eter etilena glikol atau etilen glikol eter monophenyl. Phenoxyethanol merupakan senyawa teretoksilasi yang mungkin terkontaminasi dengan racun karsinogenik 1,4 dioxane.
Menurut Journal of Hygiene Industri dan Toksikologi, phenoxyethanol mempengaruhi otak dan sistem saraf pada hewan pada dosis moderat. Pada tahun 1990 Journal of American College of Toxicology melaporkan bahwa phenoxyethanol juga bertindak sebagai disruptor endokrin yang dapat menyebabkan kerusakan pada kandung kemih dan edema paru akut pada hewan. Awal tahun 1980-an studi juga menunjukkan bahwa phenoxyethanol dapat menyebabkan mutasi DNA. Perlu dingat sekali lagi, hanya pada hewan.
Phenoxyethanol adalah iritasi ilmiah terbukti pada kulit manusia dan mata (iritasi kulit perbandingan objektif dan sensorik) dari pengawet kosmetik dan dalam Uni Eropa diklasifikasikan sebagai gangguan. Di Jepang, penggunaan Phenoxyethanol juga dibatasi.
Meskipun ada penelitian tersebut, penggunaan phenoxyethanol pada konsentrasi hingga 1% di Amerika Serikat masih dianggap sangat aman. Material Safety produk Data Sheet (MSDS) mengatakan bahwa phenoxyethanol memang akan berbahaya jika tertelan, terhirup, atau diserap melalui kulit. Jika hal itu sampai terjadi, akibat yang muncul adalah kerusakan reproduksi. MSDS mengacu pada konsentrasi 100%. Semakin rendah dosisnya, semakin lebih aman. Dalam bidang kosmetik, dalam batas konsentrasi 0,5% sampai 1% masih berada dalam tataran rasa aman.
Phenoxyethanol keluar sebagai fenol dan asetaldehida, kemudian asetaldehida mengkonversi ke asetat. Fenol dapat menonaktifkan mekanisme respon utama sistem kekebalan. Studi inhalasi menunjukkan bahwa penggunaan phenoxyethanol sebagai anti-bakteri dalam vaksin dapat  menyebabkan iritasi mata, kulit, dan saluran pernafasan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian binatang yang ditemukan phenoxyethanol menjadi racun reproduksi. Studi ini menemukan hal yang menjadi penyebab dermatitis kontak (kulit alergen). Phenoxyethanol itulah yang menjadi racun reproduksi. Hal ini menegaskan bahwa  phenoxyethanol sebagai toksin ovarium tidak hanya bagi hewan asli terkena bahan itu, tetapi memang telah terbukti akan mempengaruhi perkembangan keturunannya.
Mengkaji dari beberapa penelitian tersebut, phenoxyethanol merupakan zat berbahaya yang sebaiknya dihindari. Namun, hasil penelitian di Amerika Serikat dinyatakan bahwa penggunaan phenoxyethanol sebagai bahan kosmetik dalam konsentrasi 0,5 sampai dengan 1,0%  masih menunjukkan rasa aman. Penggunaan phenoxyethanol dengan konsentrasi yang relatif masih sedikit ini tentu tidak menunjukkan dampak yang begitu terlihat pada tubuh manusia. Namun demikian, tetap diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan bahan ini. Hindari penggunaan di daerah sekitar mata karena bisa jadi produk ini menyebabkan iritasi pada mata.
Phenoxyethanol pada penggunaannya dalam bidang kosmetik bertujuan sebagai pengawet anti-bakteri dan anti-oksidan dalam kosmetik. Penggunaan minyak esensial dan vitamin yang banyak dapat menjadi upaya yang lebih aman sebagai pengawet anti-bakteri dan anti-oksidan dalam kosmetik.
Dalam bidang lainnya, bahan ini sangat tidak dianjurkan karena efek yang sangat serius ketika menggunakannya.

B.    Asam Ethylenediaminetetraacetic
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/09/Metal-EDTA.svg/150px-Metal-EDTA.svg.png
Asam ethylenediaminetetraacetic yang dikenal sebagai EDTA, adalah garam kimia yang digunakan untuk memisahkan logam berat dari pewarna dan zat lainnya. Salah satu bentuk yang dikenal sebagai kalsium dinatrium EDTA, muncul dalam makanan dan produk kosmetik untuk mencegah udara tidak diinginkan masuk ke dalam struktur molekul produk.
Kalsium dinatrium EDTA digunakan dalam pengobatan alternatif, baik sebagai agen pengkelat untuk menghilangkan logam berat dari tubuh maupun untuk menghilangkan plak dari arteri. Karena kalsium dinatrium EDTA merupakan racun bagi manusia dalam jumlah tinggi ketika akan menggunakan harus selalu berkonsultasi dengan dokter.
Sebuah karya tulis yang terbit dalam edisi Mei-Juni 2006 oleh Zhiwen Yuan dan Jeanne, Ilmu Teknik Lingkungan dinyatakan bahwa terdapat rincian bagaimana EDTA rusak di lingkungan menjadi asam etilendiaminatriacetic dan diketopiperazine. Diketopiperazine ini merupakan polutan organik yang persisten, mirip dengan polychlorinated biphenyls (PCB) dan dichlorodiphenyl trikloroetan (DDT).
Kalsium dinatrium EDTA disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan dalam terapi khelasi, yang menghilangkan logam berat dari tubuh. Akan tetapi, khelasi EDTA dengan kalsium dinatrium ini kandungan vitaminnya sangat rendah. Untuk itu, perlu diberikan booster vitamin. Efek samping dari penggunaan kalsium dinatrium EDTA adalah terjadinya reaksi alergi, gula darah sangat rendah, tingkat kalsium darah, gagal ginjal dan kejang. Menurut FDA, terdapat 11 pasien meninggal dari penggunaan kalsium dinatrium EDTA antara 1971 dan 2007.
Pada penggunaan kalsium dinatrium EDTA sebagai obat, ketika bereaksi dengan seftriakson dapat menimbulkan dampak yang cukup serius. Ceftriaxone adalah antibiotik sefalosporin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Ketika dikombinasikan, ceftriaxone bereaksi dengan kalsium dinatrium EDTA untuk memproduksi kristal kalsium dalam paru-paru dan ginjal, yang dapat mengancam kehidupan. Dinatrium EDTA kalsium juga dapat mengakibatkan tubuh menyerap seftriakson lebih dari yang seharusnya, yang mengurangi efektivitas dari antibiotik pada bakteri menghancurkan.
Penelitian lain (Lanigan, 2002) menemukan bahwa kedua paparan dermal untuk EDTA yaitu sitotoksik dan genotoksik dalam formulasi kosmetik dan paparan inhalasi ke EDTA dalam formulasi kosmetik aerosol akan menghasilkan tingkat pemaparan di bawah mereka terlihat menjadi racun dalam studi dosis oral.
Mengkaji dari penelitian-penelitian yang terdapat di atas, EDTA memang dapat menghilangkan logam berat, dalam penggunaannya di bidang kosmetik tidak menunjukkan dampak negatif yang begitu serius. Dalam bidang kosmetik, penggunaan EDTA terbukti dapat mencegah udara dari memanjakan mereka dengan memperkenalkan oksigen yang tidak diinginkan ke dalam struktur molekul produk. Hal ini sangat baik, akan tetapi perlu diketahui pada bidang lain, penggunaan EDTA seperti pada terapi dan obat dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan. EDTA yang dapat mengikat logam berat ini, berarti mampu mengikat radikal bebas dan kotoran, sehingga kulit lebih terhindar dari kedua masalah tersebut.




BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A.   KESIMPULAN
Dari uraian dalam pembahasan pada Bab II, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.     Phenoxyethanol merupakan bahan kimia yang dapat membahayakan, baik iritasi mata, iritasi kulit, dan menekan saraf. Akan tetapi, jika dalam penggunaan pada bidang kosmetik masih dalam konsentrasi 0,5 sampai dengan 1%, masih dianggap aman, tidak membahayakan bagi tubuh manusia.
2.     Penggunaan asam EDTA tidak membahayakan, bahkan dapat menyerap radikal bebas sehingga kulit justru terlindungi.

B.    SARAN
1.     Penggunaan phenoxyethanol hendaknya dilakukan dengan kehati-hatian agar tidak terjadi kerusakan pada kulit tubuh kita.
2.     Penggunaan phenoxyethanol sebaiknya tidak pada sekitar wilayah mata untuk meminimalisir terjadinya iritasi mata.
3.     Bagi wanita yang terbiasa menggunakan kosmetik, sebaiknya menggunakan bahan asam EDTA, terlebih lagi pada lingkungan perkotaan karena asam EDTA dapat menyerap radikal bebas dan melindungi kulit menjadi tetap sehat.