KARYA TULIS
Dampak Penggunaan Phenoxyethanol
dan Asam Ethylenediaminetetraacetic terhadap Tubuh dalam Bidang Kosmetik
Disusun
untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Oleh :
Diana Muslichatun
K3311020
Pend.
Kimia A
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Penggunaan
produk kosmetik semakin luas dan bahkan menjadi kebutuhan bagi setiap manusia,
terutama kaum wanita. Pemakaian produk kosmetik berperan penting dalam usaha
untuk merawat, membersihkan, menambah daya tarik, dan mengubah penampilan
seseorang. Dengan semakin pesatnya perkembangan produk kosmetik dan demi menjaga
kualitas produknya, perlu adanya pengawasan dan penelitian mutu yang sesuai
dengan peraturan dan persyaratan tertentu.
Masyarakat
umum biasanya tidak begitu memperhatikan bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat kosmetik yang tertera pada produk kosmetik tersebut. Biasanya, mereka memilih
produk kosmetik hanya karena iklannya yang menarik atau kepopuleran produk itu.
Padahal, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kosmetik sangatlah penting
untuk dipahami dan dimengerti demi menjaga kenyamanan kulit kita dalam menerima
produk-produk tersebut. Banyak produk terkenal yang menggunakan bahan-bahan kimia
yang sebenarnya membahayakan. Melalui karya tulis ini, penulis berharap agar pembaca
dapat mengetahui beberapa bahan berbahaya yang sering digunakan pada produk
kosmetik dan pada akhirnya lebih berhati-hati dalam memilih produk kosmetik. Di
antara bahan-bahan yang perlu dikaji dalam karya tulis ini adalah Phenoxyethanol dan Asam ethylenediaminetetraacetic. Penulis akan menguraikan dampak
penggunaan Phenoxyethanol dan Asam ethylenediaminetetraacetic bagi
tubuh dalam bidang kosmetik. Berikut ini akan penulis bahas juga tentang
perbandingan penggunaan kedua bahan tersebut pada bidang lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
dampak penggunaan Phenoxyethanol pada
tubuh dalam bidang kosmetik?
2. Bagaimanakah
dampak penggunaan Asam Ethylenediamine-tetraacetic
pada tubuh dalam bidang kosmetik?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Dapat
mendiskripsikan dampak penggunaan Phenoxyethanol
pada tubuh dalam bidang kosmetik.
2. Dapat
mendiskripsikan dampak penggunaan Asam
Ethylene-diaminetetraacetic pada tubuh dalam bidang kosmetik.
D.
Manfaat
Penulisan
1. Memberikan
wawasan pengetahuan tentang dampak penggunaan Phenoxyethanol pada tubuh dalam bidang kosmetik.
2. Memberikan
wawasan pengetahuan tentang dampak penggunaan Asam Ethylenediaminetetraacetic pada tubuh dalam bidang kosmetik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Phenoxyethanol
Phenoxyethanol adalah
alkohol eter aromatik. Dari bahan ini mulai keluarlah yang disebut fenol, suatu
bubuk kristal putih yang beracun yang diciptakan dari benzena (karsinogen) dan kemudian diperlakukan dengan etilen oksida dan alkali.
Pengawet Phenoxyethanol-eter glikol ini biasanya berasal dari sumber alami
seperti tar batubara. FDA melaporkan bahwa produk ini dapat memperlambat sistem
saraf pusat. Selain itu, bahan tersebut juga dapat mengiritasi kulit dan mata.
Phenoxyethanol dalam nama kimia dikenal sebagai fenil eter etilena glikol
atau etilen glikol eter monophenyl. Phenoxyethanol merupakan senyawa teretoksilasi
yang mungkin terkontaminasi dengan racun karsinogenik 1,4 dioxane.
Menurut Journal of Hygiene Industri dan Toksikologi, phenoxyethanol
mempengaruhi otak dan sistem saraf pada hewan pada dosis moderat. Pada tahun
1990 Journal of American College of Toxicology melaporkan bahwa phenoxyethanol
juga bertindak sebagai disruptor endokrin yang dapat menyebabkan kerusakan pada
kandung kemih dan edema paru akut pada hewan. Awal tahun 1980-an studi juga
menunjukkan bahwa phenoxyethanol dapat menyebabkan mutasi DNA. Perlu dingat sekali
lagi, hanya pada hewan.
Phenoxyethanol adalah iritasi ilmiah terbukti pada kulit manusia dan mata
(iritasi kulit perbandingan objektif dan sensorik) dari pengawet kosmetik dan dalam
Uni Eropa diklasifikasikan sebagai gangguan. Di Jepang, penggunaan Phenoxyethanol
juga dibatasi.
Meskipun ada penelitian tersebut, penggunaan phenoxyethanol pada
konsentrasi hingga 1% di Amerika Serikat masih dianggap sangat aman. Material
Safety produk Data Sheet (MSDS) mengatakan bahwa phenoxyethanol memang akan berbahaya
jika tertelan, terhirup, atau diserap melalui kulit. Jika hal itu sampai
terjadi, akibat yang muncul adalah kerusakan reproduksi. MSDS mengacu pada
konsentrasi 100%. Semakin rendah dosisnya, semakin lebih aman. Dalam bidang kosmetik,
dalam batas konsentrasi 0,5% sampai 1% masih berada dalam tataran rasa aman.
Phenoxyethanol keluar sebagai fenol dan asetaldehida, kemudian
asetaldehida mengkonversi ke asetat. Fenol dapat menonaktifkan mekanisme respon
utama sistem kekebalan. Studi inhalasi menunjukkan bahwa penggunaan
phenoxyethanol sebagai anti-bakteri dalam vaksin dapat menyebabkan iritasi mata, kulit, dan saluran
pernafasan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian
binatang yang ditemukan phenoxyethanol menjadi racun reproduksi. Studi ini
menemukan hal yang menjadi penyebab dermatitis kontak (kulit alergen). Phenoxyethanol
itulah yang menjadi racun reproduksi. Hal ini menegaskan bahwa phenoxyethanol sebagai toksin ovarium tidak
hanya bagi hewan asli terkena bahan itu, tetapi memang telah terbukti akan mempengaruhi
perkembangan keturunannya.
Mengkaji dari beberapa penelitian tersebut, phenoxyethanol merupakan zat
berbahaya yang sebaiknya dihindari. Namun, hasil penelitian di Amerika Serikat
dinyatakan bahwa penggunaan phenoxyethanol sebagai bahan kosmetik dalam
konsentrasi 0,5 sampai dengan 1,0% masih
menunjukkan rasa aman. Penggunaan phenoxyethanol dengan konsentrasi yang relatif
masih sedikit ini tentu tidak menunjukkan dampak yang begitu terlihat pada
tubuh manusia. Namun demikian, tetap diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan
bahan ini. Hindari penggunaan di daerah sekitar mata karena bisa jadi produk
ini menyebabkan iritasi pada mata.
Phenoxyethanol pada penggunaannya dalam bidang kosmetik bertujuan sebagai
pengawet anti-bakteri dan anti-oksidan dalam kosmetik. Penggunaan minyak
esensial dan vitamin yang banyak dapat menjadi upaya yang lebih aman sebagai
pengawet anti-bakteri dan anti-oksidan dalam kosmetik.
Dalam bidang lainnya, bahan ini sangat tidak dianjurkan karena efek yang
sangat serius ketika menggunakannya.
B.
Asam Ethylenediaminetetraacetic
Asam ethylenediaminetetraacetic yang dikenal sebagai EDTA, adalah garam
kimia yang digunakan untuk memisahkan logam berat dari pewarna dan zat lainnya.
Salah satu bentuk yang dikenal sebagai kalsium dinatrium EDTA, muncul dalam
makanan dan produk kosmetik untuk mencegah udara tidak diinginkan masuk ke
dalam struktur molekul produk.
Kalsium dinatrium EDTA digunakan dalam pengobatan alternatif, baik sebagai
agen pengkelat untuk menghilangkan logam berat dari tubuh maupun untuk
menghilangkan plak dari arteri. Karena kalsium dinatrium EDTA merupakan racun
bagi manusia dalam jumlah tinggi ketika akan menggunakan harus selalu
berkonsultasi dengan dokter.
Sebuah karya tulis yang terbit dalam edisi Mei-Juni 2006 oleh Zhiwen Yuan
dan Jeanne, Ilmu Teknik Lingkungan dinyatakan bahwa terdapat rincian bagaimana
EDTA rusak di lingkungan menjadi asam etilendiaminatriacetic dan
diketopiperazine. Diketopiperazine ini merupakan polutan organik yang
persisten, mirip dengan polychlorinated biphenyls (PCB) dan dichlorodiphenyl
trikloroetan (DDT).
Kalsium dinatrium EDTA disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA)
untuk digunakan dalam terapi khelasi, yang menghilangkan logam berat dari tubuh.
Akan tetapi, khelasi EDTA dengan kalsium dinatrium ini kandungan vitaminnya
sangat rendah. Untuk itu, perlu diberikan booster vitamin. Efek samping dari
penggunaan kalsium dinatrium EDTA adalah terjadinya reaksi alergi, gula darah
sangat rendah, tingkat kalsium darah, gagal ginjal dan kejang. Menurut FDA, terdapat
11 pasien meninggal dari penggunaan kalsium dinatrium EDTA antara 1971 dan
2007.
Pada penggunaan kalsium dinatrium EDTA sebagai obat,
ketika bereaksi dengan seftriakson dapat menimbulkan dampak yang cukup serius.
Ceftriaxone adalah antibiotik sefalosporin digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri. Ketika dikombinasikan, ceftriaxone bereaksi dengan kalsium dinatrium
EDTA untuk memproduksi kristal kalsium dalam paru-paru dan ginjal, yang dapat
mengancam kehidupan. Dinatrium EDTA kalsium juga dapat mengakibatkan tubuh
menyerap seftriakson lebih dari yang seharusnya, yang mengurangi efektivitas dari
antibiotik pada bakteri menghancurkan.
Penelitian lain (Lanigan, 2002) menemukan bahwa kedua paparan dermal untuk
EDTA yaitu sitotoksik dan genotoksik dalam formulasi kosmetik dan paparan
inhalasi ke EDTA dalam formulasi kosmetik aerosol akan menghasilkan tingkat
pemaparan di bawah mereka terlihat menjadi racun dalam studi dosis oral.
Mengkaji dari penelitian-penelitian yang terdapat di atas, EDTA memang
dapat menghilangkan logam berat, dalam penggunaannya di bidang kosmetik tidak
menunjukkan dampak negatif yang begitu serius. Dalam bidang kosmetik,
penggunaan EDTA terbukti dapat mencegah udara dari memanjakan mereka dengan
memperkenalkan oksigen yang tidak diinginkan ke dalam struktur molekul produk.
Hal ini sangat baik, akan tetapi perlu diketahui pada bidang lain, penggunaan
EDTA seperti pada terapi dan obat dapat menimbulkan dampak yang sangat
merugikan. EDTA yang dapat mengikat logam berat ini, berarti mampu mengikat
radikal bebas dan kotoran, sehingga kulit lebih terhindar dari kedua masalah
tersebut.
BAB III
SIMPULAN DAN
SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian dalam pembahasan pada Bab II, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Phenoxyethanol
merupakan bahan kimia yang dapat membahayakan, baik iritasi mata, iritasi
kulit, dan menekan saraf. Akan tetapi, jika dalam penggunaan pada bidang
kosmetik masih dalam konsentrasi 0,5 sampai dengan 1%, masih dianggap aman,
tidak membahayakan bagi tubuh manusia.
2. Penggunaan
asam EDTA tidak membahayakan, bahkan dapat menyerap radikal bebas sehingga
kulit justru terlindungi.
B.
SARAN
1. Penggunaan
phenoxyethanol hendaknya dilakukan dengan kehati-hatian agar tidak terjadi
kerusakan pada kulit tubuh kita.
2. Penggunaan
phenoxyethanol sebaiknya tidak pada sekitar wilayah mata untuk meminimalisir
terjadinya iritasi mata.
3. Bagi wanita
yang terbiasa menggunakan kosmetik, sebaiknya menggunakan bahan asam EDTA,
terlebih lagi pada lingkungan perkotaan karena asam EDTA dapat menyerap radikal
bebas dan melindungi kulit menjadi tetap sehat.
ada daftar pustakanya ga kak?
BalasHapus