Sabtu, 23 Juni 2012

Hasil pembahasan observasi di SMA tugas Perkembangan Peserta Didik

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidik merupakan faktor penentu dalam menentukan keberhasilan peserta didik menangkap, mencerna, serta memahami suatu materi. Pendidik yang berkualitas akan menjadikan peserta didiknya mengalami peningkatan kemampuan berfikir dan peningkatan kognitifnya. Saat memberikan pelajaran kepada peserta didik, pendidik perlu menentukan suatu metode yang sesuai bagi peserta didiknya. Suatu metode pembelajaran dapat dipilih berdasarkan materi yang akan disampaikan, situasi dan kondisi peserta didik, serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tersebut. perlu diketahui, dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada, tidak ada satupun yang benar-benar cocok dengan materi tersebut, namun pendidik dapat memilih salah satu metode atau berbagai metode pembelajaran yang kiranya akan sesuai dengan peserta didik, menurut materi yang akan disampaikan pula. Beragam metode dapat digunakan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran sains kimia yang akan dibahas di bab selanjutnya. Metode pembelajaran yang akan dibahas ini mengacu pada materi kelas dua di Sebuah SMA, situasi dan kondisi peserta didik, serta sarana dan prasarana di Sebuah SMA.

B.       Rumusan Masalah
1.    Metode apakah yang sesuai dengan pelajaran Sains khususnya kimia di Sebuah SMA?

C.      Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui metode apakah yang sesuai dengan pelajaran Sains khususnya Kimia di Sebuah SMA.
BAB II
PEMBAHASAN

Pada observasi di Sebuah SMA, pendidik yang diwawancarai adalah guru kimia, yang mengajar di kelas sebelas. Oleh karena itu, pada pembahasan ini akan dibahas tentang metode yang sesuai dengan pelajaran kimia materi di kelas sebelas.
Metode pembelajaran pada observasi ini kurang dibahas secara terperinci pada tiap-tiap bab materinya. Namun pada umumnya metode pembelajaran yang diberikan peserta didik adalah metode ceramah. Pendidik tidak memilih metode lain karena menurut pendidik tersebut, metode lain tidak sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik, walaupun sarana dan prasarana di sekolah tersebut sudah memenuhi.
Metode ceramah adalah metode yang paling umum digunakan oleh pendidik dari dulu, hingga sekarang. Walaupun sudah banyak metode-metode baru yang diterapkan pendidik, metode ini tetap dianggap paling sesuai dengan pembelajaran terutama pada materi yang perlu menanamkan konsep.
Metode ceramah menurut beberapa ahli memiliki berbagai karakteristik yang akhirnya mengakibatkan adanya beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Erman Suherman, metode ceramah merupakan metode mengajar yang paling banyak digunakan, hal ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode mengajar yang paling mudah dilaksanakan. Kalau bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikannya di depan kelas. Siswa-siswa memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan membuat catatan. Sedangkan menurut Nana Sudjana ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya dipersiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas penggunaannya.
Kekurangan dan kelebihan metode ceramah yang dikemukakan oleh Erman Suherman :

A.      Kelebihan Metode Ceramah
1.    Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan, dan karenanya biaya yang diperlukan menjadi relatif lebih murah.
2.    Konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
3.    Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
4.    Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat terlaksananya pelajaran dengan ceramah.
B.       Kekurangan Metode Ceramah
1.    Pelajaran berjalan membosankan dan siswa-siswa menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri oleh konsep yang diajarkan. Siswa hanya aktif membuat catatan saja.
2.    Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
3.    Pengetahuan yang diperoleh melaui ceramah lebih cepat terlupakan.
4.    Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi “Belajar Menghafal” yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
Dari pengertian, kelebihan dan kekurangan metode ceramah diatas, metode ini memang akan cocok digunakan pada sebagian materi kimia yang isinya tentang konsep-konsep penting yang memang menurut peserta didik cenderung bersifat abstrak atau sulit dianalogikan dengan kehidupan nyata. Konsep-konsep yang dianggap abstrak ini akan sulit diterima peserta didik apabila metode yang digunakan adalah dengan memancing kemampuan kognitif peserta didik untuk memahami sendiri konsep. Juga dengan berbagai pertimbangan dari segi banyaknya peserta didik dalam satu kelas di Sebuah SMA. Akan kurang efisien dengan banyaknya peserta didik, materi yang banyak dan waktu yang tebatas.
Namun, kekurangan-kekurangan pada metode ceramah ini juga perlu diperhatikan dan dicari solusinya. Untuk itu, metode yang lebih sesuai adalah, dengan tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam semua materi pelajaran kimia kelas duabelas. Tapi dengan mengkombinasikannya dengan metode lain, yang mengajak peserta didik menjadi lebih aktif.
Pada materi dimana konsep sangat ditekankan dan berisi hitungan kimia, dapat menggunakan metode ceramah. Setelah itu, pendidik semaksimal mungkin berusaha membuat peserta didik berlatih hitungan dengan bantuan pendidik apabila kesulitan peserta didik kesulitan menjawab soal latihan atau disebut learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan). Dengan demikian, peserta didik dapat aktif dan berusaha membangun sendiri konsep-konsep yang lebih mendalam. Konsep awalnyalah yang bersifat pasif, tapi saat mencoba mengerjakan soal, maka peserta didik akan lebih mendalami dan memahami materi yang sedang dipelajari.
Learning community merupakan bagian dari model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Pada materi kimia yang membahas tentang banyak konsep saja dan tidak berisi hitungan, ada dua sifat yaitu materi kimia yang bersifat konkret dan abstrak. Materi kimia yang bersifat konkret contohnya adalah koloid pada bab terakhir kimia kelas sebelas yang sangat berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan materi kimia yang bersifat contohnya struktur atom, sistem periodik dan ikatan kimia yang menjadi bab I kimia kelas sebelas.
Pada materi kimia yang bersifat konkret atau biasa ditemukan di kehidupan sehari-hari, metode yang sesuai yaitu dengan penggunaan metode praktikum, karena mengingat mudahnya menemukan bahan-bahan materi dari kehidupan sehari-hari, dengan praktikum, materi yang banyak berisi hafalan, akan mudah diingat dan dipahami peserta didik.
Metode praktikum adalah metode yang akan mengembangkan keterampilan psikomotik, kognitif dan afektif. Peserta didik akan mencoba mengamati percobaan yang dilakukan, mengasah keterampilan dalam menggunakan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, menafsirkan dan meramalkan hasil data percobaan, menerapkan konsep yang telah dipelajari sebelum praktikum, merencanakan apa yang akan dilakukan dalam percobaan, mengkomunikasikan hasil praktikum dengan pendidik, apakah telah sesuai atau belum sesuai dengan konsep dan menganalisis kenapa terjadi kesalahan (apabila terjadi), dan mengajukan pertanyaan-petanyaan tentang percobaan. Sebelum praktikum, hendaknya diadakan dulu pre-test, selain untuk mengetahui kesiapan peserta didik, memancing peserta didik belajar sebelum praktikum, juga memberi gambaran kepada pendidik, tentang apa saja yang belum diketahui peserta didik sehingga cukup memberi tahu materi yang belum diketahui peserta didik. Kemudian setelah praktikum hendaknya peserta didik meberikan hasil praktikum, apa saja yang didapatkan dalam praktikum, dan menganalisa kesesuaian dengan teori, namun karena tahapnya masih sekolah menengah atas, bantuan pendidik dalam memancing peserta didik diperlukan agar peserta didik mampu menganalisa percobaan dengan teori.
Pada kenyataannya, praktikum yang efisien, pemberian pre-test, dan pembuatan hasil praktikum sulit untuk dilaksanakan sepenuhnya. Kendala-kendalanya berupa peserta didik yang kurang memahami materi sebelum praktikum, sehingga hasil pre-testnya kurang baik, praktikum yang kurang efisien karena keterbatasan alat dan bahan, serta kesulitan peserta didik menganalisa hasil praktikum. Di Sebuah SMA, kondisi perbaikan laboraturium menyebabkan sulitnya mengatur jadwal praktikum dimana ada banyak kelas disana dan laboraturium kimia, fisika dan biologi yang dijadikan satu sehingga harus mengatur jadwal dengan seksama.
Refleksinya, keaktifan pendidik dalam mempersiapkan metode praktikum benar-benar matang. Dari pihak sekolah hendaknya segera memperbaiki sarana dan prasarana laboraturium sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar melalui metode ini. praktikum ini akan membuat peserta didik lebih memahami dan mudah mengingat materi yang banyak apabila kegiatan praktikum dapat terlaksana dengan baik.
Pada materi kimia yang bersifat abstrak, yang akan sulit dipahami logika dengan metode praktikum, karena materinya bersifat micro atau tidak dapat diamati secara kasat mata, metode yang sesuai yaitu dengan metode jigsaw. Dengan metode bukan ceramah akan membuat peserta didik tidak mengalami kebosanan dan pasif. Metode jigsaw membuat peserta didik aktif berusaha memahami materi yang diberikan. Metode jigsaw yaitu metode dimana pertama-tama peserta didik diberikan pengarahan tentang metode yang akan digunakan dalam pembelajaran tersebut.
Tahapan pertama metode ini yaitu dengan memberitahukan tentang materi apa saja yang akan digunakan dalam pembelajaran ini, materi ini telah dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Membuat kelompok secara heterogen, contohnya dalam satu kelas ada 40 peserta didik. 40 peserta didik ini dibagi menjadi dua, jadi ada 20 peseta didik dalam tiap bagian. 20 peserta didik ini kemudian dikelompokkan menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok ada 5 orang. Ini sesuai dengan peserta didik di Sebuah SMA yang heterogen. Dalam satu kelompok ini terdapat peserta didik yang pintar, sedang dan kurang pintar, atau heterogen. Kelompok ini disebut dengan kelompok asal. Kemudian pendidik memberikan bahan ajar tersebut yang telah dibagi menjadi 5 bagian yang berbeda tiap bagiannya. Bagian tersebut dibagikan kepada satu per satu anggota kelompok. bagian pertama akan berkumpul dengan anggota kelompok lain yang mendapat bagian pertama, dan seterusnya. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli. Dengan bagian yang sama, peserta didik ini berdiskusi untuk mengerti secara keseluruhan dan mendalam pada bagian mereka, apabila ada yang kurang dimengerti ditanyakan kepada pendidiknya. Kemudian setelah bagian tersebut dikupas tuntas dalam kelompok ahli, kembali ke kelompok asal dan melaksanakan tutorial kepada anggota kelompok asal yang lain. Seletah semua bagian telah disampaikan dan peserta didik memahami bagian materi yang lain, memberikan kesimpulan, pendidik memberi evaluasi apabila ada kesalahan konsep atau mengkonfirmasi materi yang disampaikan. Tahap terakhir adalah refleksi, pendidik memberikan semacam poin kepada peserta didik atas kinerja keaktifan dan faktor-fakktor lain.
Metode jigsaw memacu siswa untuk aktif, inovatif, memotivasi peserta didik untuk berusaha memahami materi, belajar berbicara, mentransfer materi yang dimengerti kepada orang lain, memahami dan kritis terhadap materi yang diberikan teman, tidak membosankan, menuntut kerjasama dan penyelesaian masalah dalam kelompok sesama bahan materi.
Peserta didik yang terbiasa dengan metode ceramah, akan semangat dan termotivasi belajar dengan metode yang berganti ini. Kelemahan metode ini adalah waktu yang digunakan lama untuk proses diskusi, penyampaian materi para ahli, pembatan kesimpulan, evaluasi dan refleksi. Rentetan tahapan ini membutuhkan waktu lebih, namun materi akan lebih teringat oleh peserta didik karena yang menyampaikan adalah temannya sendiri. Teman sendiri akan menimbulkan kesan tersendiri bagi peserta didik.
Untuk menyiasati waktu yang kurang efisien ini, indikator yang dipelajari dalam pembelajaran ini ditambah. Contohnya, dua bab digabung menjadi satu, pada bab 5 larutan asam basa dan bab 6 stoikiometri larutan dan titrasi asam-basa digabung menjadi satu paket metode pembelajaran jigsaw ini.
Model penilaian yang menonjol pada metode pembelajaran ceramah dipadukan model Learning Community dalam CTL adalah penilaian kognitif. Pada metode praktikum yaitu penilaian psikomotorik, dan pada metode jigsaw yaitu penilaian afektifnya.


BAB III
PENUTUP

A.    SIMPULAN
Simpulan dari metode pembelajaran yang sesuai dengan berbagai faktor yang ada adalah :
1.      Metode pembelajaran ceramah dan model Learning community dalam CTL sesuai dengan pelajaran yang berisi konsep-konsep dan hitungan kimia.
2.      Metode pembelajaran Praktikum sesuai dengan pelajaran kimia yang berisi konsep tanpa hitungan dan materinya bersifat konkret.
3.      Metode pembelajaran Jigsaw sesuai dengan pelajaran kimia yang berisis konsep tanpa hitungan dan materinya bersifat abstrak.
4.      Tidak ada metode pembelajaran yang benar-benar cocok dengan suatu bab materi.
5.      Model penilaian yang menonjol pada metode pembelajaran ceramah dipadukan model Learning Community dalam CTL adalah penilaian kognitif. Pada metode praktikum yaitu penilaian psikomotorik, dan pada metode jigsaw yaitu penilaian afektifnya.

B.     SARAN
Semua metode pembelajaran akan sulit berhasil bekerja dengan maksimal apabila pendidik sendiri kurang mempersiapkan metode dengan baik. Kesungguhan dari pendidik akan tanggungjawab mengajar peserta didik adalah suatu awal agar metode ini dapat berhasil. Semua metode ini juga dipengaruhi oleh sikap pendidik dalam menerapkan metode ini, pendidik yang mampu memberi motivasi tinggi, berkepribadian baik, dan dapat menjadi teladan akan dapat menarik minat peserta didik untuk belajar dan mengikuti segala prosedur pembelajaran yang ada. Minat peserta didik yang tinggi, kesenangan peserta didik terhadap materi, serta kemauan untuk mempelajari ilmu kimia juga mempengaruhi proses pembelajaran. Intinya, peran peserta didik dan pendidik sama besarnya dalam mewujudkan metode pembelajaran yang baik dan sukses.