Sang Guru

Dalam bahasa Jawa, akronim guru adalah digugu dan ditriru (dipercaya dan dicontoh). Semua yang diungkapkan oleh guru, terlebih bagi siswa sekolah dasar, sangat dipercaya kebenarannya dan dijadikan panutan. Oleh karena itu, figur seorang guru memang sudah seharusnya menjadi cermin bagi masyarakat, baik dalam bertutur kata, bersikap, maupun dalam berbuat. Mahasiswa LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga kependidikan) adalah mahasiswa yang dipersiapkan untuk menjadi pendidik yang mengemban tugas untuk mencetak generasi-generasi yang cerdas dan berkarakter. Untuk itu, diperlukan sosok guru yang dapat diteladani.
1.        Faktor Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa. Bagaimana siswa bisa baik kalau gurunya tidak baik, bagaimana siswa bisa pintar kalau gurunya tidak  pintar, dan bagaimana pula siswa bisa tertib kalau gurunya tidak tertib. Apa yang dilakukan oleh guru akan ditiru oleh muridnya.
Setidaknya ada tiga unsur agar guru dapat diteladani, yakni memiliki kesiapan untuk dinilai, memiliki integritas yang tinggi, dan memiliki standar kompetensi minimal. Guru memang seharusnya dapat dijadikan teladan, baik bagi dirinya maupun orang lain. Ucapan, sikap, dan perilaku guru menjadi sorotan dan contoh bagi masyarakat. Antara ucapan, sikap, dan perlakuan harus sejalan. Bukan sekadar pandai bertutur kata, tetapi dalam perbuatan tidak menunjukkan seperti apa yang diungkapkan. Mahasiswa LPTK merupakan calon-calon guru, yang dalam dirinya harus ada usaha untuk membentuk pribadi-pribadi yang karakter dalam rangka menumbuhkan dan menciptakan keteladanan bagi para peserta didik nantinya.

2.        Guru sebagai Cermin
Jika kita bercermin, kita akan melihat potret diri kita sendiri sesuai dengan keadaan yang ada. Yang terlihat dicermin sama dengan yang ada pada diri kita. Sebagai seorang calon guru, kita harus berusaha untuk menata diri agar siap melihat potert kita sendiri, baik dalam ucapan, sikap, maupun perilaku. Kita harus bersedia menerima dan memperlihatkan apa adanya. Dalam hal ini, seorang guru dapat dimaknai sebagai pribadi yang memiliki sifat jujur, objektif, dan jernih.
Sikap dan perilaku guru haruslah sabar, setia, dan penuh pengabdian. Banyak siswa yang dihadapi, banyak pula pola perilaku anak yang berbeda. Kita harus menghadapinya dengan penuh kesabaran. Tugas guru  sangatlah mulia karena di dalamnya ada tugas mendidik, membimbing, mengarahkan, mengevaluasi, menilai, dan lain sebagainya. Tentu, hal ini harus kita lakukan dengan baik. Walaupun bukan anak sendiri, dampaknya terhadap kemajuan bangsa dan negara.
3.        Implementasi dalam Mendidik
Apa yang dilakukan oleh guru di depan kelas selalu diperhatikan dan diamati oleh para siswa. Cara berpakaian, cara berdandan, gaya bicara, teknik mengajar, dan lain sabagainya, semua diamati oleh siswa. Oleh karena itu, segala sesuatunya haruslah dipersiapkan. Kesederhanaan dalam berpakaian, kerendahan hati, pola berpikir, ketulusan dalam membantu kesulitan siswa, dan lain sebagainya, menjadi cermin bagi mereka. 
Guru yang sombong, galak, mudah marah, pasti tidak akan disukai oleh para siswa. Dampaknya, banyak siswa tidak masuk, siswa juga tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru, dan suasana kelas pun tidak kondusif. Guru yang demikian tidak akan memberikan lulusan sebagaimana yang diharapkan.  
Sosok guru yang dinginkan oleh siswa, antara lain sederhana, perhatian, ada kedekatan dengan para siswa, memberikan pelayanan prima, sabar, ramah, jujur, objektif, bertanggung jawab, adil, bijaksana, terbuka, pintar, dan sebagainya. Semuanya perlu diterapkan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Apalagi sekarang telah ada program sertifikasi pendidik. Dalam melaksanakan tugasnya, guru diharapkan benar-benar memiliki empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar