MAKALAH
TUGAS
KULIAH PROFESI KEPENDIDIKAN
MANAJEMEN KURIKULUM
Disusun
Oleh :
Diana
Muslichatun
K3311020
Pendidikan
Kimia A
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dengan judul berbagai macam metode pembelajaran.
Makalah ini secara khusus disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Profesi
Kependidikan pada Semester IV tahun 2013. Makalah ini dapat terselesaikan
berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
penulis menyampaikan terimakasih pada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan dan kesalahan
yang terdapat pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun penulis harapkan dapat disampaikan kepada penulis.
Surakarta,
16 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............. i
KATA PENGANTAR ........... ii
DAFTAR ISI .................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .... 1
B.
Rumusan Masalah ...... 2
C.
Manfaat Penulisan ........ 2
D.
Metode Penulisan ....... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen
Kurikulum ... 3
B.
Tujuan Manajemen Kurikulum ..... 5
C.
Fungsi Manajemen Kurikulum ...... 7
D.
Prinsip-prinsip Manajemen
Kurikulum ..... 11
E.
Ruang Lingkup Manajemen
Kurikulum ..... 14
F.
Proses Manajemen Kurikulum ....... 16
G.
Faktor Pendukung dan Penghambat Proses
Manajemen Kurikulum ... 22
H.
Hubungan Teori Pendidikan dan Kurikulum .... 23
BAB III PENUTUP
Simpulan ........... 25
CATATAN KAKI ............... iv
DAFTAR PUSTAKA .......... v
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kurikulum
adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan erat
dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari
tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini
kurikulum akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya
saling kerja sama diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari
variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan
berjalan kurang baik dan maksimal.[1]
Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan. Sedangkan manajemen adalah salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan proses-proses tersebut. Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya. [1] Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang pengertian, tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, ruang lingkup, proses, dan faktor pendukung serta penghambat manajemen kurikulum, serta hubungan teori pendidikan dan kurikulum.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1.
Apa pengertian dari manajemen kurikulum?
2.
Apa saja tujuan manajemen kurikulum?
3.
Apa saja fungsi manajemen kurikulum?
4.
Bagaimana prinsip-prinsip manajemen kurikulum?
5.
Bagaimana ruang lingkup manajemen kurikulum?
6.
Bagaimana proses manajemen kurikulum?
7.
Apa saja faktor pendukung dan penghambat
proses manajemen kurikulum?
8.
Bagaimana hubungan teori pendidikan dan
kurikulum?
C.
Manfaat Penulisan
Makalah ini
diharapkan dapat membantu pembaca mengetahui:
1.
Pengertian manajemen kurikulum.
2.
Tujuan manajemen kurikulum.
3.
Fungsi manajemen kurikulum.
4.
Prinsip-prinsip manajemen kurikulum.
5.
Ruang lingkup manajemen kurikulum.
6.
Proses manajemen kurikulum.
7.
Faktor pendukung dan penghambat proses
manajemen kurikulum.
8.
Hubungan teori pendidikan dan kurikulum.
D.
Metode Penulisan
Pada penulisan makalah ini, penulis
menggunakan metode penulisan dengan sumber dari internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Manajemen Kurikulum
Manajemen
berasal dari bahasa Inggris ‘management’ dengan kata kerja to manage, diartikan
secara umum sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu
urusan atau “act of running and controlling a business” (Oxford, 2005).
Sementara,
Malayu S.P. Hasibuan (1995) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia”
mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu. [2]
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.[3]
Kurikulum berasal
dari bahasa Yunani yaitu jarak yang harus ditempuh. Secara sempit atau
tradisional, kurikulum adalah sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata
pelajaran yang diberikan guru pada siswa guna mendapatkan ijazah. Sedang secara
modern, kurikulum adalah semua pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta
didik dibawah bimbingan guru dengan titik berat pada usaha meningkatkan
kualitas interaksi belajar-mengajar.
Untuk
mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan
pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum
dipandang sebagai kumpulan pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan
materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah yang disebut kurikulum.
Dalam
pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman
atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan
oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum “… to be
composed of all the experiences children have under the guidance of teachers”.
Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa “
…the curriculum has changed from content of courses study and list of subject
and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices
or direction of school”.
Manajeman
kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif,
komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus di kembangkan
sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat
Satuan pendidikan (KTSP). oleh karna itu, otonomi yang di berikan pada lembaga
pendidika atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan
memproritaskan kebutuhan dan ketercapaian saran dan visi dan misi lembaga
pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah
ditetapkan.
Manajemen
kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar
manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru
untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. [2]
Manajemen
kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian
tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi
belajar mangajar. Sedangkan kurikulum sendiri mempunyai arti yang sempit dan
arti yang luas. Kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua
pelajaran baik teori maupun praktek yang diberikan kepada siswa selama
mengikuti suatu proses pendidikan tertentu.
Sedangkan dalam arti luas kurikulum
diartikan sebagai berikut. Sebenarnya terdapat tiga jenis organisasi kurikulum
yaitu:
1.
Kurikulum Terpisah (Sparated Subject Curriculum) di
mana bahan pelajaran disajikan secara terpisah – pisah seolah – olah ada batas
antara bidang studi dan antara bidang studi yang sama di kelas yang berbeda.
2.
Kurikulum Berhubungan (Correlated Curriculum) yaitu
kurikulum yang menunjukan adanya hubungan antara mata pelajarah yang satu
dengan yan lain. Seperti IPS (gabungan dari mata pelajaran Sejarah Geografi,
Ekonomi, Sosiologi ), IPA (gabungan dari Fisika, Biologi, Kimia).
3.
Kurikulum terpadu (Integrated Curriculum) yaitu
kurikulum yang meniadakan batas – batas antara berbagai bidang dan didalam mata
pelajaran tersebut terdapat keterpaduan mata pelajaran serta menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk unik. [3]
B.
Tujuan
Manajemen Kurikulum
Komponen
tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin dicapai. Dalam skala
makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem
nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu yang
dicita-citakan masyarakat. Misalkan filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai
oleh suatu kurikulum adalah membentuk masyarakat yang pancasilais. Dalam skala
mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta
tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan
proses pembelajaran.
Manajemen
kurikulum dan pembelajaran bertujuan untuk:
1.
Pencapaian pengajaran dengan menitik beratkan pada
peningkatan kualitas interaksi belajar mengajar.
2.
Mengembangkan sumber daya manusia dengaan mengacu pada
pendayagunaan seoptimal mungkin.
3.
Pencapaian visi dan misi pendidikan nasional.
4.
Meningkatkan kualitas belajar mengajar disuatu
pendidikan tertentu. [3]
Untuk
mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan
bahwa tujuan dasar
kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1.
Kurikulum sebagai suatu ide, adalah
kurikulum yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam
bidang kurikulum dan pendidikan.
2.
Kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di dalamnya memuat
tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3.
Kurikulum
sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis, dan dilakukan dalam bentuk praktek pembelajaran.
4.
Kurikulum
sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya
perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas
bisa disimpulkan bahwa kurikulum merupakan dokumen perencanaan yang mencakup:
1.
Tujuan yang
harus diraih
2.
Isi dan
pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa
3.
Strategi dan
cara yang dapat dikembangkan
4.
Evaluasi yang
dirancang untuk mengumpulkan informasi mengenai pencapaian tujuan
5.
Penerapan
dari isi dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen, implementasi
dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun. (Wina Sanjaya, 2008).
Dalam
perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. [2]
C.
Fungsi
Manajemen Kurikulum
Dikemukakan di atas bahwa
manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain
adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan
dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan
dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R.
Terry terdapat empat fungsi manajemen kurikulum,
yaitu :
1.
Perencanaan
(planning).
2.
Pengorganisasian
(organizing).
3.
Pelaksanaan
(actuating).
4.
Pengawasan
(controlling).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di
bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi
manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada
pemikiran G.R. Terry, meliputi :
1.
Perencanaan
(planning)
Perencanaan (planning) adalah
pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi,
kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Arti penting perencanaan
terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap
kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T.
Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
a.
Membantu
manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
b.
Membantu
dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama
c.
Memungkinkan
manajer memahami keseluruhan gambaran
d.
Membantu
penempatan tanggung jawab lebih tepat
e.
Memberikan
cara pemberian perintah untuk beroperasi
f.
Memudahkan
dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
g.
Membuat
tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami
h.
Meminimumkan
pekerjaan yang tidak pasti
i.
Menghemat
waktu, usaha dan dana
2.
Pengorganisasian
(organizing)
Fungsi manajemen berikutnya
adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986)
mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu”
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi
rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal
yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap
kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa
targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini,
Berkenaan dengan pengorganisasian ini,
Hadari Nawawi (1992)
mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah :
a.
Organisasi
harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan
b.
Pengelompokan
satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja
c.
Organisasi
harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
d.
Organisasi
harus mencerminkan rentangan control
e.
Organisasi
harus mengandung kesatuan perintah
f.
Organisasi
harus fleksibel dan seimbang.
3.
Pelaksanaan
(actuating)
Dari seluruh rangkaian proses
manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling
utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan
dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru
lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang
dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry
(1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan
anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha
untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan
tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran
tersebut.
Dari pengertian di atas,
pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan
menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar
setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran,
tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan
akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
a.
Merasa yakin
akan mampu mengerjakan,
b.
Yakin bahwa
pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
c.
Tidak sedang
dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau
mendesak,
d.
tugas
tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan
e.
Hubungan
antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
4.
Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling)
merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi.
Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
Dalam perspektif persekolahan,
agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien,
maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena
bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan
berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan
tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya
akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan
pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap
kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan
realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan. [2]
Menurut
sumber lain, fungsi-fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya
kurikulum, karena pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan
dengan pengelolaan yang terencana.
2.
Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta
didik untuk mencapai hasil yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan
yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.
3.
Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas
siswa karena adanya dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan
kurikulum.
4.
Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu
pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan
melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam sumber belajar
disesuaikan dengan kebutuhan setempat. [1]
D.
Prinsip-prinsip
Manajemen Kurikulum
Prinsip yang
harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai
berikut:
1.
Produktivitas
Hasil yang
akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus
dipertimbangkan dalam manajemen kurikilum. Pertimbangan bagaimana agar peserta
didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi
sasaran dalam manajemen kurikulum.
2.
Demokratisasi
Pelaksanaan
manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola,
pelaksana, dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan
tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3.
Kooperatif
Untuk
memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu
adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
4.
Efektifititas dan efisiensi
Rangkaian
kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifititas dan efisiensi
untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relative
singkat.
5.
Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan
dalam kurikulum
Proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan
tujuan kurikulum. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen
kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efisien, dan
optimal dalam memberdayakan berbagai sumber daya maupun komponen kurikulum.
a.
Menetapkan Visi
|
Rumusan
visi merupakan penjabaran visi institusi (universitas) ke fakultas, jurusan/bagian/program
studi. Perumusan visi didasarkan atas pertimbangan societal needs,
professional needs, dan academic needs
|
b.
Menuliskan Misi
|
Mendeskripsikan
tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa
|
c.
Profil lulusan
|
Deskripsi
singkat tentang peran yang dapat dilakukan seorang lulusan, dan bukan
gambaran singkat tentang data lulusan
|
d.
Analisis tugas
|
Menjabarkan
nomor c dengan membuat indikatornya (dokter, pendidik, hukum, ekonom, dan
sebagainya)
|
e.
Perumusan kompetensi
|
Lulusan
seperti apa yang akan dibentuk melalui program pendidikan ini
|
f.Kajian elemen kompetensi
|
- Bahan
kajian tentang disiplin ilmu secara komprehensip dan sistemik untuk membentuk
sebuah kompetensi.
- Untuk membentuk sebuah kompetensi diperlukan
beberapa bahan kajian.
- Bahan kajian nantinya akan diturunkan menjadi mata
kuliah
|
g.Menetapkan elemen kompetensi
|
Elemen
kompetensi meliputi: landasan kepribadian, penguasaan ilmu dan keterampilan,
kemampuan berkarya, sikap perilaku dalam berkarya, dan pemahaman kaidah berkehidupan
bermasyarakat.
|
h.
Identifikasi nama mata kuliah
|
Penamaan
mata kuliah berdasarkan rumpun topik kajian dari kolom ( f )
|
i.
Identifikasi pengalaman belajar
|
Perekayasaan
kegiatan belajar agar mahasiswa dapat melakukan sendiri sehingga kompetensi
dapat tercapai/terbentuk
|
j.
Sumber-sumber belajar
|
Menunjukkan
berbagai sumber belajar yang dapat diakses guna mendukung baik langsung
maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran (paper, person maupun
place)
|
k.
Penentuan bobot SKS
|
Disesuaikan
dengan urgensi dan status materi
|
l. Alokasi
waktu
|
Ditetapkan
berdasarkan pengalaman belajar, luas bahan, tingkat kesulitan, dsb.
|
[3]
E.
Ruang
Lingkup Manajemen Kurikulum
Manajemen
kurikulum adalah bagian dari studi kurikulum. Para ahli pendidikan pada umumnya
telah mengenal bahwa kurikulum suatu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang
mempunyai ruang lingkup sagat luas. Studi ini tidak hanya membahas tentang
dasar-dasarnya, tetapi juga mempelajari kurikulum secara keseluruhan yang dilaksanakan
dalam pendidikan. [1]
Secara
sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup
manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
a.
Manajemen perencanaan,
b.
Manajemen pelaksanaan kurikulum,
c.
Supervisi pelaksanaan kurikulum,
d.
Pemantauan dan penilaian kurikulum,
e.
Perbaikan kurikulum,
f.
Desentralisasi dan sentralisasi pengembangan
kurikulum. [1]
Dari
keterangan ini tampak sangat jelas bahwa ruang lingkup manajemen kurikulum itu adalah
prinsip dari proses manajemen itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses
pelaksanaan kurikulum punya titik kesamaan dalam prinsip proses manajemen. Sehingga
para ahli dalam pelaksanaan kurikulum mengadakan pendekatan dengan ilmu
manajemen. Bahkan kalau dilihat dari cakupanya yang begitu luas, manajemen
kurikulum merupakan salah satu disiplin ilmu yang bercabang pada kurikulum. Dalam
sebuah kurikulum terdiri dari beberapa unsur komponen yang terangkai pada suatu
sistem. Sistem kurikulum bergerak dalam siklus yang secara bertahap, bergilir,
dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, sebagai akibat dari yang dianutnya, maka
manajemen kurikulum juga harus memakai pendekatan sistem. Sistem kurikulum
adalah suatu kesatuan yang di dalamnya memuat beberapa unsur yang saling
berhubungan dan bergantung dalam mengemban tugas untuk mencapai suatu tujuan.
[1]
Kurikulum
sendiri dapat dipahami dengan arti sempit sekali, sempit, dan luas. Pengertian
kurikulum dalam arti sempit sekali adalah jadwal pelajaran. Kemudian pengertian
kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua pelajaran baik
teori maupun praktek yang diberikan kepada siswa selama mengikuti suatu proses
pendidikan tertentu. Kurikulum dalam pengertian ini terbatas pada pemberian
bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk kepentingan mereka
melanjutkan pekerjaan maupun terjun ke dunia kerja. Dengan melihat pada
kurikulum sebagai suatu lembaga pendidikan maka dapat dilihat apakah lulusannya
mempunyai keahlian dalam level apa. Sedangkan dalam arti luas kurikulum
diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan-tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh
sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi:
1.
Perencanaan
Perencanaan
kurikulum di bedakan menjadi dua yakni tingkat pusat dan yang diaksanakan oleh
sekolah:
a.
Perencanaan tingkat pusat, meliputi tujuan pendidikan,
bahan pelajaran. Dalam tujuan pendidikan terdapat TIU dan TIK.
b.
Bahan pembelajaran,dari pusat kemudian di serahkan
kepada sekolah dalam bentuk Garis-Garis Besar Program Pengajaran ( GBPP).
Perencanaan yang harus dilakukan disekolah.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
kurikulum merupakan interaksi belajar mengajar yang setidaknya melalui tiga
tahap yaitu :
a.
Tahap persiapan pembelajaran, adalah kegiatan yang
dialakukan guru sebelum melakukan proses pembelajaran.
b.
Tahap pelaksanaan pembelajaran, adalah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleg guru dan murid mengenai pokok bahasan yang
harus di sampaikan. Dalam tahap ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu
pendahuluan, pelajaran inti, dan evaluasi.
c.
Tahap penutupan, adalah kegiatan yang dilakukan
setelah penyampaian materi.
3.
Evaluasi
Evaluasi
merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap
perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan
evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi
kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. [3]
F.
Proses
Manajemen Kurikulum
1.
Manajemen Perencanaan Kurikulum
Perencanaan
kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks dan menuntut berbagai jenis
tingkat pembuatan keputusan kebutuhan untuk mendiskusikan dan mengkoordinasikan
proses penggunaan model-model aspek penyajian kunci. Sebagaimana pada umumnya
rumusan model perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas dengan
pemrosesan secara cermat. Proses ini dilaksanakan dengan pertimbangan
sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang
bermakna), sosiologis (argumen-argumen kecenderungan sosial), dan psikologi
(dalam menentukan urutan materi pelajaran).
Perencanaan
kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan
sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu
dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan
evaluasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan
motivasi pada pelaksanaan sistem pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang
optimal.
Kegiatan
inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh
materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran,
masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat
disusun sebagai berikut:
a.
Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu
sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.
b.
Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan
bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program.
c.
Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan
bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar.
d.
Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk
silabus.
Dari rumusan
perencanaan di atas penulis menyimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya memuat
pada rangkaian susunan mata pelajaran, tetapi juga memuat seluruh aspek
kegiatan pendidikan dan pendukung-pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan
lebih banyak difokuskan pada perencanaan pengajaran dengan menyusun materi
ajar. Karena materi pelajaran adalah sesuatu yang dianggap sangat urgen dalam
kurikulum. Maka dalam perumusanya juga sangat diperlukan adanya landasan yang
kokoh untuk sebagai pedoman.
2.
Manajemen Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen
pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum adalah berkenaan dengan semua
tindakan yang berhubungan dengan perincian dan pembagian semua tugas yang
memungkinkan terlaksana. Dalam manajemen pelaksanaan kurikulum bertujuan supaya
kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini manajemen bertugas
menyediakan fasilitas material, personal dan kondisi-kondisi supaya kurikulm
dapat terlaksana.
Pelaksanaan
kurikulum dibagi menjadi dua:
a.
Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal
ini langsung ditangani oleh kepala sekolah. Selain dia bertanggung jawab supaya
kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga berkewajiban melakukan
kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik yang akan berlangsung
disekolah dalam satu tahun, menyusun jadwal pelajaran dalam satu minggu,
pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha
untuk pencapaian tujuan kurikulum.
b.
Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal
ini dibagi dan ditugaskan langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini
meliputi:
1)
kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar,
2)
pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar
ketentuan kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah,
3)
kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi yang berada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam
memecahkan masalah.
3.
Manajemen Pemantauan dan Penilaian Kurikulum
Pemantauan
kurikulum adalah pengumpulan informasi berdasarkan data yang tepat, akurat, dan
lengkap tentang pelaksanaan kurikulum dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau
ahli untuk mengatasi permasalahan dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di
dalam pendidikan harus dipantau untuk meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan
ini dilakukan supaya kurikulum tidak keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang
yang ahli menyusun kurikulum harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari
perencanaan sampai mengevaluasinya.
Secara garis
besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk mengumpulkan seluruh informasi yang
diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah. Dalam tataran
praktis, pemantauan kurikulum memuat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
a.
Peserta didik, dengan mengidentifikasi pada cara
belajar, prestasi belajar, motivasi belajar, keaktifan, kreativitas, hambatan
dan kesulitan yang diahadapi.
b.
Tenaga pengajar, dengan memantau pada pelaksanaan
tanggung jawab, kemampuan kepribadian, kemampuan kemasyarakatan, kemampuan
profesional, dan loyalitas terhadap atasan.
c.
Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang
digunakan, cara penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan
media.
d.
Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa,
pelaksanaan penilaian, pelaporan hasil penilaian.
e.
Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin,
kelompok usia, dan kualitas kemampuan lulusan.
4.
Perbaikan Kurikulum
Kurikulum
suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan
senantiasa berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu
sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan
penyesuaian supaya dapat memenuhi permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan
adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami
perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.
Perbaikan
kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat
disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan
pada efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan
kualitas produk melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output
(kelulusan siswa).
Berkaitan
dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi, seperti: administrator,
pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siwaswa, serta masyarakat
mempuanyai sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus dirumuskan
secara jelas. Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal
perencanaan program perbaikan kurikulum. Dengan evaluasi yang tepat dan data
informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam membuat keputusan kurikulum
dan intruksional.
Chamberlain
telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perbaikan:
a.
mengidentfikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan
untuk mengetahui tujuan,
b.
mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,
c.
mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang
optimal dan diharapkan,
d.
memilih pemecahan sebagai percobaan,
e.
merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk
melaksanakan penyelesaian,
f.
melakukan solusi percobaan,
g.
evaluasi. [1]
Sedangkan dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari
(2006) mengemukakan tentang siklus proses manajemen kurikulum yang terdiri dari
empat tahap :
1.
Tahap perencanaan
Meliputi langkah-langkah:
a.
Analisis
kebutuhan
b.
Merumuskan
dan menjawab pertanyaan filosofis
c.
Menentukan
disain kurikulum
d.
Membuat
rencana induk (master plan)
pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
2.
Tahap pengembangan
Meliputi langkah-langkah:
a.
Perumusan
rasional atau dasar pemikiran
b.
Perumusan
visi, misi, dan tujuan
c.
Penentuan
struktur dan isi program
d.
Pemilihan
dan pengorganisasian materi
e.
Pengorganisasian
kegiatan pembelajaran
f.
Pemilihan
sumber, alat, dan sarana belajar
g.
Penentuan
cara mengukur hasil belajar.
3.
Tahap implementasi atau pelaksanaan
Meliputi langkah-langkah:
a.
Penyusunan
rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)
b.
Penjabaran
materi (kedalaman dan keluasan)
c.
Penentuan
strategi dan metode pembelajaran
d.
Penyediaan
sumber, alat, dan sarana pembelajaran
e.
Penentuan
cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar
f.
Petting
lingkungan pembelajaran
4.
Tahap penilaian:
Terutama dilakukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk
penilaian formatif maupun sumatif.
Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP)
Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi
aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada
kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost
benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan
informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian
product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program
(identik dengan evaluasi sumatif). [2]
G.
Faktor
Pendukung dan Penghambat Proses Manajemen Kurikulum
Dalam kurikulum terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses
menejemen kurikulum, antara lain dapat dikemumakan dibawah ini :
1.
Faktor
peserta didik dalam pengembangan kurikulum karena kurikulum dikembangkan dan
didesin sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik, maka pola yang digunakan
berpusat pada bahan ajar berupa isi atau materi yang akan diajarkan kepada
peserta didik.
2.
Faktor
sosial budaya dalam manajemen kurikulum karena kurikulum disesuaikan dengan
tuntunan dan tekanan serta kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.
3.
Faktor politik
dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang berpengaruh karena politik yang
melandasi arah kebijakan dari pengembangan kurikulum itu sendiri.
4.
Faktor
ekonomi dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang memiliki pengaruh yang
cukup besar karena faktor ekonomi yang dapat mengembangkan sekaligus mendorong
pola pengembangan kurikulum mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah, mulai
dari pelaku kebijakan sampai pada pelaku di lapangan ( di sekolah-sekolah ).
5.
Faktor
perkembangan teknologi dalam manajemen kurikulum karena perkembangan teknologi
menjadi salah satu faktor pendukung dalam pengembangan kurikulum disebabkan
pola fakir masyarakatpun yang semakin komplek dalam perkembangan teknologi
sehingga dituntut untuk dapat melihat dan menyesuiakan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi didalam masyarakat.
Pendidikan di Indonesia di arahkan untuk menciptakan suatu individu atau
masyarakat yang memiliki sikap kemandirian sehingga tertanam sebuah
keterampilan dan pengetahuan yang baik yang dapat menunjang kehidupan dirinya
sendiri maupun orang disekitarnya. Tetapi pada kenyataannya di lapangan
pendidikan di Indonesia kurang terpola dengan baik dan kurang jelas arah
tujuannya, hal tersebut terkait erat dengan hambatan-hambatan yang terjadi pada
manajemen kurikulum itu sendiri, hal itu dapat dilihat dari :
1.
Ketidaksinambungan
dan ke tidak sinergian antara pendidik yang ada di lapangan dengan pendidik
yang memberikan kebijakan di atasnya.
2.
Keterbatasan
akan sarana dan prasarana.
3.
Lemahnya
pengawasan guru di lapangan yang menyebabkan tingkat kedisiplinan cukup rendah.
4.
Kualifikasi
pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang berujung pada tingkat
profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran atau penyampaian materi
pelajaran. [2]
H.
Hubungan
Teori Pendidikan dan Kurikulum
Pendidikan
merupakan ilmu
terapan (applied science), yaitu terapan dari ilmu atau disiplin lain terutama
filsafat, psikologi, sosiologi dan humanitas. Sebagai ilmu terapan,
perkembangan teori pendidikan berasal dari pemikiran-pemikiran filosofis-teoritis,
penelitian empiris dalam praktik pendidikan. Dengan latar belakang seperti itu, beberapa ahli menyatakan bahwa ilmu pendidikan
merupakan ilmu yang “belum jelas”. Hal itu diperkuat oleh kenyataan bahwa cukup
sulit untuk merumuskan teori pendidikan. Teori-teori pendidikan yang ada lebih
menggambarkan pandangan filosofis, seperti teori pendidikan Langeveld,
Kohnstam, dan sebagainya, atau lebih menekankan pada pengajaran seperti teori
Gagne, Skinner, dan sebagainya.
Menurut Beauchamp (1975, hal. 34), teori pendidikan akan atau dapat berkembang tetapi perkembangannya
pertama-tama dimulai pada sub-sub teorinya. Yang menjadi subteori dalam dari
teori pendidikan adalah teori-teori dalam kurikulum. Pengajaran, evaluasi,
bimbingan-konseling, dan administrasi pendidikan.
Ada dua kecendrungan perkembangan ilmu pendidikan, yaitu :
1.
Perkembangan yang bersifat teoritis yang
merupakan pengkajian masalah-masalah pendidikan dari sudut pandang lain,
seperti filsafat, psikologi dan lain-lain.
2.
Perkembangan ilmu pendidikan dari
praktik pendidikan.
Keduanya
dapat saling membantu, melengkapi, dan memperkaya. Dalam kenyataan, tidak
selalu terjadi hal yang demikian. Hanya sedikit hasil-hasil pengkajian teoritis
yang diterapkan para pelaksana pendidikan. Sebagai contoh: teori J.J Rousseau yang menekankan pendidikan alam dengan peranan anak
sebagai subjek yang penuh potensi, hampir tidak ada yang melaksanakannya secara
penuh., kecuali beberapa prinsip utamanya, itupun dengan modifikasi. Sebaliknya
para pendidik dilapangan melaksanakan praktik pendidikan yang lebih didasarkan
kebutuhan-kebutuhan praktis, sekalipun tidak banyak dilandasi oleh teori-teori
yang kuat.
Selain itu, menurut Hugh C. Black dalam bukunya A Four-fold
Classification of Edicational theories (1966), mengemukakan empat teori pendidikan yaitu, teori tradisional, teori
progresif, teori hasil belajar, dan teori proses belajar. Teori tradisional
menekankan fungsi pendidikan sebagai pemelihara dan penerus warisan budaya,
teori progresif memandang pendidikan sebagai penggali potensi anak-anak, dalam teori
ini anak menempati kedudukan yang sentral dalam pendidikan. Teori hasil belajar
sesuai dengan namanya mengutamakan hasil, sedangkan teori proses belajar
mengutamakan proses belajar. [1]
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
1.
Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu sistem
pengelolaan kurikulum yang komperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik
dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.
2.
Manajemen kurikulum dan pembelajaran bertujuan untuk:
a.
Pencapaian pengajaran dengan menitik beratkan pada
peningkatan kualitas interaksi belajar mengajar.
b.
Mengembangkan sumber daya manusia dengaan mengacu pada
pendayagunaan seoptimal mungkin.
c.
Pencapaian visi dan misi pendidikan nasional.
d.
Meningkatkan kualitas belajar mengajar disuatu
pendidikan tertentu.
3.
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen kurikulum, yaitu :
a.
Perencanaan
(planning).
b.
Pengorganisasian
(organizing).
c.
Pelaksanaan
(actuating).
d.
Pengawasan
(controlling).
4.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
a.
Produktivitas
b.
Demokratisasi
c.
Kooperatif
d.
Efektifititas dan efisiensi
e.
Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan
dalam kurikulum.
5.
Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara
mendalam, maka ruang lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
a.
Manajemen perencanaan,
b.
Manajemen pelaksanaan kurikulum,
c.
Supervisi pelaksanaan kurikulum,
d.
Pemantauan dan penilaian kurikulum,
e.
Perbaikan kurikulum,
f.
Desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum.
6.
Dalam kurikulum
terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses menejemen kurikulum,
antara lain dapat dikemumakan dibawah ini :
a.
Faktor
peserta didik
b.
Faktor
sosial budaya
c.
Faktor
politik
d.
Faktor
ekonomi
e.
Faktor
perkembangan teknologi
7.
Hambatan-hambatan
yang terjadi pada manajemen kurikulum antara lain:
a.
Ketidaksinambungan
dan ke tidak sinergian antara pendidik yang ada di lapangan dengan pendidik
yang memberikan kebijakan di atasnya.
b.
Keterbatasan
akan sarana dan prasarana.
c.
Lemahnya
pengawasan guru di lapangan yang menyebabkan tingkat kedisiplinan cukup rendah.
d.
Kualifikasi
pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang berujung pada tingkat
profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran atau penyampaian materi
pelajaran
CATATAN
KAKI
DAFTAR
PUSTAKA
http://kiswankurikulum.blogspot.com/.
Manajemen Kurikulum. 16 Mei 2013:16.35.
http://sumberbelajarangga.wordpress.com/2012/12/10/makalah-manajemen-kurikulum-dan-pembelajaran/.
Manajemen Kurikulum. 16 Mei 2013:16.52.
http://syahdansejarah.blogspot.com/2012/04/manajemen-kurikulum.html.
Manajemen Kurikulum. 16 Mei 2013:17.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar